Ragam Budaya

Ragam Budaya dan Identitas Bengkulu

Mempelajari kekayaan adat, suku, bahasa, dan seni masyarakat Bengkulu.

1. Suku dan Bahasa Asli Bengkulu

Ilustrasi suku Rejang dengan pakaian adat
Gambar 1.1: Suku Rejang, suku terbesar di Bengkulu yang memiliki aksara Kaganga.

Mindful: Mengenal Budaya

Budaya adalah cara hidup yang diwariskan dari leluhur, mencakup bahasa, pakaian adat, musik, dan tradisi. Ragam budaya adalah keberagaman cara hidup yang membentuk kekuatan bangsa. Di Bengkulu, keragaman dibentuk oleh suku-suku asli.

Suku Asli Utama

Provinsi Bengkulu dihuni oleh beberapa suku asli utama:

  • Rejang: Suku terbesar, memiliki bahasa dan aksara tradisional Kaganga.
  • Serawai: Kuat dalam seni musik dan tarian.
  • Pasemah, Melayu Bengkulu, Kaur, dan Lembak: Masing-masing memiliki dialek dan adat khas.
  • Enggano: Kelompok minoritas di Pulau Enggano. Bahasa dan budaya mereka sangat unik dan terancam punah.

Ragam Bahasa Daerah

Setiap suku memiliki bahasa daerahnya sendiri. Contoh bahasa:

  • Serawai: Contoh: "Kamu lagi apa" "Lagi dio kaba".
  • Melayu Bengkulu: Contoh: "gedang" pisang.
  • Rejang: Berbeda dari Melayu, punya aksara Kaganga. Contoh: "uku" saya.
  • Enggano: Bahasa asli Pulau Enggano, sangat unik dan terancam punah.

2. Rumah dan Pakaian Adat

Rumah Adat Panggung

Rumah adat Bengkulu umumnya berbentuk panggung. Desain ini berfungsi melindungi dari banjir, binatang buas, serta menjaga sirkulasi udara.

Jenis-jenis Rumah Adat:

  • Rumah Bubungan Lima: Rumah panggung megah dengan lima bubungan atap, melambangkan persatuan.
  • Umeak Potong Jong (Rejang): Rumah panggung tradisional.
  • Rumah Berugau (Serawai): Ciri khas bubungan kembar, menunjukkan status ekonomi.
  • Eyub Yaahaoa (Enggano): Rumah panggung dua lantai berbentuk bulat atau melingkar.
Rumah Bubungan Lima Bengkulu
Gambar 2.1: Rumah Bubungan Lima, simbol arsitektur khas Bengkulu.

Pakaian Adat dan Aksesori

Pakaian adat Bengkulu kaya akan detail Melayu, menggunakan sulaman emas dan songket.

  • Busana Umum: Baju kurung (wanita) dan jas lengan panjang (pria).
  • Aksesori: Mahkota Siger, Detar (tutup kepala pria).
  • Ciri Pembeda: Perbedaan detail antar suku terlihat pada bentuk Tadah Peluh (hiasan dada/bahu), ada yang berbentuk huruf U dan bentuk bunga Teratai (Rejang).
Pasangan memakai pakaian adat Melayu Bengkulu
Gambar 2.2: Pakaian adat dengan sulaman emas dan songket.

3. Seni Tari Daerah Bengkulu

Penari Tari Sekapur Sirih
Gambar 3.1: Tari Sekapur Sirih, tarian penyambutan.

Tari Sekapur Sirih

Tarian persembahan untuk menyambut tamu penting. Ditarikan oleh perempuan berjumlah ganjil. Penari membawa properti "cerano" (wadah berisi sirih dan kapur). Melambangkan sikap hormat dan ramah tamah.

Tarian Lainnya

Penari Tari Kejei
Tari Kejei (Suku Rejang)
Penari Tari Andun
Tari Andun (Ritus Agraris)

Tari Kejei (Rejang): Tarian adat dalam ritual dan perayaan. Tari Andun (Serawai, Besemah): Tarian rakyat yang berfungsi mencari jodoh setelah panen padi. Ditarikan berpasangan pada malam hari.

4. Upacara Adat Khas Bengkulu

Upacara Tabot

Tradisi tahunan (1–10 Muharram) untuk memperingati wafatnya Husein bin Ali. "Tabot" diartikan sebagai keranda simbolis.

Rangkaian Utama:

  1. Pengambilan Tanah: Simbol awal penciptaan manusia.
  2. Duduk Penja: Ritual mencuci jari-jari (Penja) sebagai simbol kesucian.
  3. Tabot Tebuang: Puncak acara pada 10 Muharram; peti hiasan dibuang ke laut sebagai simbol pelepasan.
Menara Tabot dalam Upacara Tabot
Gambar 4.1: Upacara Tabot (Peringatan 1-10 Muharram).

Upacara Kedurei Agung

Tradisi suku Rejang yang rutin digelar setiap bulan Mei sebagai ungkapan syukur atas rezeki dan panen yang subur. Mencerminkan nilai moral, spiritual, dan budaya Rejang.

5. Kuliner Khas Daerah Bengkulu

Pendap, ikan bumbu daun talas
Gambar 5.1: Pendap
Tempoyak, fermentasi durian
Gambar 5.2: Tempoyak

Pendap & Tempoyak

Pendap: Ikan segar yang dicampur bumbu (kencur, kelapa parut), dibungkus daun talas, lalu direbus. Rasanya gurih dan pedas.

Tempoyak: Makanan fermentasi dari durian matang. Menghasilkan rasa asam khas dan digunakan sebagai sambal atau gulai.

Kue Tradisional & Lainnya

Kue Baytat & Lepek Binti: Kue tradisional manis berlapis (Baytat) dan kue ketan kenyal gurih (Lepek Binti).

Lemang Tapai: Beras ketan dimasak dalam bambu, dimakan bersama Tapai (fermentasi ketan hitam).

Juga populer: Rebung Asam dan Lempuk Durian.

6. Pelestarian dan Dampak Budaya

Ilustrasi festival budaya Tabot
Gambar 6.1: Festival budaya meningkatkan pariwisata lokal.

Upaya Pelestarian

Dilakukan melalui sinergi pemerintah dan komunitas:

  • Pendirian balai budaya dan lembaga dokumentasi.
  • Penyelenggaraan festival (seperti Tabot) dan pelatihan kesenian.
  • Penguatan literasi budaya dan bahasa daerah.

Dampak Positif Pelestarian

  • Memperkuat identitas dan kebanggaan daerah.
  • Meningkatkan pariwisata dan ekonomi lokal.
  • Menjadi bahan belajar dan menjaga keberagaman budaya.

Risiko (Dampak Negatif)

  • Komodifikasi: Ritual asli dapat berubah menjadi tontonan.
  • Gentrifikasi: Popularitas daerah dapat menaikkan harga sewa/tanah.
  • Budaya menjadi kaku karena terlalu dilindungi versi lamanya.

7. Ringkasan Akhir

Ragam budaya Bengkulu kaya, bersumber dari suku Rejang, Serawai, Lembak, dll. Dicirikan oleh rumah panggung, pakaian bersulam emas, tarian Sekapur Sirih dan Andun, serta upacara Tabot dan Kedurei Agung. Kuliner khas meliputi Pendap dan Tempoyak. Upaya pelestarian sangat penting untuk menjaga identitas daerah, namun harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari komodifikasi.